Jumat, 25 September 2015

KESENIAN TARI COKEK DAERAH BETAWI/JAKARTA

Tari Cokek berkembang di daerah Betawi pada abad ke-19. Mulanya pertunjukan cokek ditarikan di rumah juragan-juragan atau tuan tanah untuk menghibur tamu yang datang. Kemudian, tari cokek berkembang menjadi tari pergaulan. Pada masa kini, tari cokek sering dipertunjukan dalam acara hajatan seperti perkawinan, sunatan, dan lain-lain. Tari cokek model baru memberi pesan pentingnya pergaulan yng baik dalam masyarakat.
Asal-muasal kata cokek dapat dijelaskan melalui dua versi. Versi yang pertama adalah karena tarian ini diperkenalkan oleh seorang tuan tanah asal Cina yang bernama Tan Sio Kek. Versi kedua menjelaskan bahwa kata Cokek berasal dari bahasa Hokkian, yaitu Cio Kek, yang artinya penari perempuan. Bahasa Hokkian memang banyak digunakan oleh para perantau Cina di Betawi karena memang banyak dari mereka yang berasal dari daerah Hokkian. Daerah Hokkian merupakan salah satu provinsi di Negara Cina.
Dalam perkembangannya, para penari Cokek disebut sebagai Wayang Cokek. Jumlah penari Cokek sekurang-kurangnya dua orang, yaitu sepasang penari laki-laki dan perempuan. Penari utamanya adalah perempuan. Pada zaman dahulu, yang menari hanyalah perempuan saja sedangkan penari laki-lakinya adalah para penonton yang diajak untuk ikut menari. Sekarang, para laki-laki pun ikut menari Cokek dan memakai pakaian yang sepadan dengan penari perempuannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar