TARI KLASIK KRATON SURAKARTA
Gending pembuka sudah dimainkan. Tidak hanya suara
gamelan yang terdiri dari gong, saron, bonang, kethuk, kenong dan kendang,
tetapi juga sesekali terdengar suara beduk dan snare drum yang menimbulkan irama baris berbaris dalam
tempo lambat.
Dari sudut Siti Hinggil, empat orang penari kraton
melangkah pelan-pelan menuju arena pertunjukan. Bau wangi dupa dan asap
kemenyan berhembus memenuhi setiap sudut ruangan, sengaja dibakar oleh para
abdi dalem kerajaan. Sementara itu, taburan bunga mawar berjatuhan mengiringi
setiap langkah penari yang membawanya dalam lipatan kain jarit yang dibuat
mengekor di belakang tumit. Khidmat! Demikian kira-kira nuansa yang terbangun
selama pertunjukan tari ini dipergelarkan.
Gerak penari-penari itu lembut namun tidak membosankan.
Pengunjung umum yang boleh jadi tidak mengerti seni sekalipun, larut terpaku
dalam pertunjukan berdurasi selama hampir 30 menit. Boleh jadi, ini karena
pertunjukan tersebut jarang dijumpai. Tidak sekedar menampilkan tarian jawa
yang itu-itu saja, pertunjukan malam itu mempertontonkan tari klasik khas
Kraton Surakarta. Yang lebih istimewa karena masyarakat umum diperkenankan
untuk menyaksikan jalannya pertunjukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar