Genjek atau
megegenjekan atau juga sering disebut gegenjekan merupakan kesenian Bali
yang biasanya pada
pertunjukannya dilakukan secara masal oleh laki - laki yang
duduk bersila dan
melingkar yang didominasi oleh suara - suara mulut "cak - cak" dengan
gerakan tangan yang
menari - nari sehingga menambah semangat dari kesenian genjek ini.
Tari
Genjek adalah salah satu jenis kesenian tradisional yang sampai saat ini masih
berkembang di Karangasem. Seni Genjek ini awalnya merupakan salah satu seni
karawitan, dimana penampilannya pada setiap kesempatan tidak terlalu banyak
menggunakan berbagai jenis instrumen seperti yang terdapat pada seni kerawitan
lainnya. Elemen yang paling dominan dipakai dalam seni Genjek ini adalah elemen
suara (vocal) yang dikemas dalam bentuk tembang atau gending.
Disamping
terdapat beberapa alat musik lain yang dipakai sebagai pengiring, yang paling
unik dalam penampilan seni Genjek ini adalah adanya sarana lain yang menyertai,
yang berupa minuman khas Bali, yaitu tuak. Bermula dari acara kumpul-kumpul
sambil minum arak dan tuak, beberapa orang yang sudah hilang kendali dalam
artian mabuk, mereka mengeluarkan suara-suara yang tidak tentu dan akhirnya
disahuti dengan yang lainnya. Kesan senang dan gembira terpancarkan dari cara
mereka mengungkapkan kata-kata dengan berirama selayaknya sebuah lagu tersebut.
Sebagian orang lainnya akan menirukan suara musik sebagai pelengkap dari genjek
khususnya suara kendang dan kempul.
Kreativitas
pun terus berjalan dengan masuknya para wanita yang ikut menyanyi, supaya
sahut-menyahut dalam lagu menjadi lebih hidup. Tiba-tiba masuk pula alat tabuh
angklung bambu (gerantangan) yang biasa mengiringi tari joged. Maka seni genjek
mengalami perjalanan yang demikian cepat, dari seni mabuk menjadi seni koor
khas Bali dengan irama yang demikian enerjik. Apalagi unsur mabuknya kemudian
berangsur dihilangkan, serta masuknya tarian joged yang membuat tarian ini
semakin bervariasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar